DigitekNesia
Beranda Info Menarik Milenial dan Kegalauannya dalam Menyambut Pemilu 2024

Milenial dan Kegalauannya dalam Menyambut Pemilu 2024

source: rakyatsulsel.fajar.co.id

Momen jelang Pemilu 2024 membawa kesan tersendiri khususnya bagi generasi Y atau yang kerap disapa Milenial. Sesuai dengan jadwal tahapan Pemilu 2024 yang telah diinformasikan dalam https://infopemilu.kpu.go.id/Pemilu/Peserta_pemilu, hari pemungutan suara telah ditetapkan pada tanggal 14 Februari 2024 yang bertepatan dengan hari ”Valentine” atau hari kasih sayang. Hal ini menjadi momen spesial khususnya bagi Milenial sehingga timbul aspirasi bahwa Pemilu 2024 diharapkan dapat berjalan dengan lebih damai.

Menyadari bahwa Milenial berperan besar dalam Pemilu 2024 ini juga membawa isu atau kegalauan tersendiri bagi mereka. Hal ini diantaranya karena Milenial menjadi dominasi pemilih dalam Pemilu 2024, menjadi generasi pemilih dengan peran yang ganda, serta peran teknologi dan media sosial yang membawa pengaruh kepada pola pikir mereka terhadap isu sosial-politik. Simak detailnya berikut ini:

1. Menjadi Dominasi Pemilih

Berdasarkan hasil rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap (DPT) pada Pemilu 2024, mayoritas pemilih berada pada generasi milenial yakni sebesar 33,60 persen dari total populasi pemilih.

Hal ini menjadikan partisipasi generasi milenial dalam pemilu berperan dalam mempengaruhi kebijakan pemerintah nantinya. Oleh karena itulah generasi milenial diharuskan cerdas dalam menggunakan hak pilihnya secara rasional, aktif dalam partisipasi politik serta memiliki pandangan politik yang terbuka sehingga tidak mudah terjebak dalam konflik atau masalah yang memecah belah.

2. Memiliki Peran Ganda

Berada pada posisi ”game changer”, milenial kini sudah tidak lagi menjadi generasi yang pasif dalam Pemilu 2024 namun juga berlaga di dalamnya. Pasalnya, sebagian dari mereka yang harus memilih justru menjadi yang akan dipilih karena telah mendaftarkan diri sebagai calon anggota parlemen bahkan mungkin masuk ke dalam jajaran pasangan calon presiden dan calon wakil presiden.

Peran ganda inilah yang menjadi salah satu kegalauan milenial karena mereka diharuskan untuk mengamati jalannya politik dengan lebih aktif, dewasa serta objektif dibandingkan sewaktu mereka hanya sebagai pemilih. Generasi milenial dituntut untuk berpikir layaknya pelaku politik dan tidak lagi sebagai penonton yang hanya pasif menerima dan mengkritik.

Guna memaksimalkan peran ganda dalam pemilu ini, banyak aspirasi yang dapat dilakukan milenial dimana salah satu contohnya adalah menjaga optimisme masa depan demokrasi di Indonesia dengan aktif menyuarakan kepedulian terhadap berbagai isu sosial politik melalui media sosial.  Cara lainnya yang bisa dilakukan oleh generasi milenial adalah menyisipkan budaya milenial ke dalam proses pemilu.

Mengingat generasi milenial akan memimpin isu keberlanjutan di Indonesia, maka dibutuhkan pengaruh yang besar guna meraih dukungan dan memudahkan berjalannya program keberlanjutan. Untuk itu, menghadirkan ”influencer” yang membahas tentang isu sosial politik di tengah perhelatan Pemilu 2024 nanti merupakan siasat yang baik dalam membentuk pola pikir serta memperoleh dukungan dari masyarakat agar program atau isu berkelanjutan dapat terlaksana dengan baik. 

3. Pengaruh Teknologi & Media Sosial

Kemajuan teknologi dan media sosial tentunya tidak dapat dihindari dimana generasi milenial pasti aktif menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Intensitas penggunaan ini yang secara tidak langsung membentuk pola pikir dan karakteristik generasi milenial khususnya terhadap isu pemilu. Kemudahan mengakses berbagai informasi secara cepat dan luas terkait pemerintahan yang bersih membuat generasi milenial lebih terbuka dan dinilai memiliki pola pikir yang progresif dalam politik atau khususnya pemilu ini.

Di sisi lain, pengaruh teknologi dan media sosial juga membawa konsekuensi. Generasi milenial harus pandai dalam mencerna informasi yang berdatangan mengingat mudahnya berita atau isu hoax beredar. Oleh karenanya, penting bagi generasi milenial untuk memperbanyak referensi dalam menentukan pilihan dan memiliki penilaian yang objektif terhadap calon yang dipilih.

Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan memperbanyak informasi mengenai politik berintegritas dan antikorupsi pada situs ACLC KPK, untuk memastikan bahwa pilihan kita nanti benar-benar perwakilan yang jujur dan bebas dari korupsi.

Komentar
Bagikan:

Iklan